LAPANGAN PUPUTAN BADUNG TELAH PADAT BAGI ANAK-ANAK

Arena bermain sangatlah penting bagi anak-anak, terutama anak-anak yang terdapat di kota besar seperti Denpasar. Tetapi Lapangan Puputan Badung yang disediakan oleh Pemerintah Kota Denpasar sebagai ruang publik untuk bermain bagi anak-anak di sekitar Denpasar, dirasakan belum mampu untuk memenuhi “hasrat” seluruh anak-anak untuk agar bisa bermain sepuasnya.

Pemandangan pada minggu pagi (25/7) begitu indah, cuaca mendung dengan angin yang sedikit dingin memberikan suasana yang sejuk dan nyaman bagi anak-anak yang bermain di Lapangan Puputan Badung. Suasana ramai di tengah lapangan terlihat dengan banyaknya para pemuda yang bermain bola, orang tua yang berlari pagi, bergabung dengan anak-anak yang mencari tempatnya agar bisa menaikkan layangannya. Di pinggir lapangan terlihat ada orang dewasa dan anak-anak menaiki sepeda, sedangkan d ibawah Monumen Puputan Badung terdapat 2 (dua) bocah yang bermain Badminton. Suasana ini mencerminkan bahwa dalam satu tempat seluruh komunitas dari anak-anak, dewasa hingga orang tua bercampur di Lapangan Puputan Badung itu. Sehingga ruang bermain untuk anak-anak di lapangan Puputan sangatlah tidak steril.
Anak-anak sangat antusias bermain di lapangan. Mereka tidak peduli dan takut dengan orang dewasa yang ada didekatnya. Merekapun tidak mengerti dan tidak tahu apa itu ruang publik bagi anak-anak, mereka hanya senang untuk bermain dan menghabiskan waktunya dengan cara yang mereka inginkan sehingga menyebabkan suatu lapangan yang luas bagi mereka adalah sebuah hal yang sangat istimewa. Hal inilah yang dirasakan oleh Gusti (10 tahun) dan Adi (10 tahun), 2 (dua) orang anak yang bermain layang-layang di depan panggung terbuka Lapangan Puputan Badung, padahal di dekat mereka terdapat puluhan pemuda yang dengan gerak cepat dan agresif sedang bermain sepak bola.
Gusti dan Adi adalah contoh anak yang ”haus” akan ruang publik tempat bermain bagi mereka. Ketika tidak ada ruang terbuka untuk bermain layang-layang karena telah padat dijejali bangunan maka Lapangan Puputan Badung menjadi solusi bagi “kehausan” mereka. Ayah merekapun ikut mengantar mereka dan membantu menaikkan layangan anaknya. Bagi ayah Adi yang bernama Ketut Suarsana asal Sanglah, sangat menyenangkan bisa menemani anaknya ikut bermain di Lapangan Puputan Badung, hanya saja karena kesibukan kerja yang dijalani menyebabkan ia hanya bisa mengantar anaknya tiap hari minggu saja dan itupun kalau tidak ada kesibukan yang lain. Bagi Adi itu sangat merugikan, pada sore haripun ayahnya masih sibuk bekerja jadi lebih banyak ia habiskan waktunya di rumah kalau tidak di Lapangan Puputan Badung.
Di sudut Lapangan Puputan depan Kantor Walikota Denpasar, memang disediakan 4 (empat) buah ayunan yang disediakan oleh pemerintah kota. Tetapi jumlah tersebut tidak representatif dengan jumlah anak-anak yang ada. Hal ini terkadang membuat anak-anak berebut untuk mendapat ayunan tersebut. Hal yang berbeda dilakukan Dedi Siantara (35 tahun), ia lebih senang mengajak anaknya Along (2 tahun) untuk duduk-duduk dan melihat layangan. Bagi Dedi, sarana bermain bagi anak serta ruang publik yang disediakan sangatlah kurang. Selain ke Lapangan Puputan, anaknya sering ia ajak ke Pantai seperti Pantai Sanur dan Pantai Kuta, tetapi selain itu Supermarket dan Arena bermain seperti Time Zone menjadi pilihan karena seperti tidak ada pilihan lain lagi selain Lapangan Puputan. Ketika ditanya tentang tempat bermain anak-anak di Renon, Lapangan Lumintang dan arena bermain di Kalangan Ayodia Arda Chandra ia menjawab tidak tahu. “ Saya tidak tahu ada tempat bermain bagi anak selain Lapangan Puputan” terangnya. Karena ia tinggal di Kuta, ia hanya bisa mengajak anaknya sekali dalam seminggu, dan terkadang dua kali dalam sebulan.
Kepadatan di Lapangan Puputan sangat memprihatinkan. Terkadang Tukang Parkirpun ikut menyuruh anak-anak yang bermain sampai keluar lapangan untuk masuk kembali ke dalam lapangan. Jika hal ini tidak diperhatihan oleh Pemerintah maka pastinya anak-anak akan jenuh bermain di Ruang Publik dan akhirnya beralih ke tempat bermain yang lebih memuaskan seperti Arena Playstation (PS), Timezone, dan lainnya, seperti yang diungkap oleh Dedi Siantara. Sehingga generasi bangsa nantinya bisa saja menjadi generasi yang manja akibat arena bermain yang kurang.

2 responses to “LAPANGAN PUPUTAN BADUNG TELAH PADAT BAGI ANAK-ANAK

  1. Halo pak somya, wah langsung di upload ni beritanya. Saya iseng nyariin blognya teman2 yang kemarin ikut pelatihan, ternyata blog ini aktif juga ya hehhe…

Tinggalkan Balasan ke inten Batalkan balasan